dark angel

Sabtu, 17 Desember 2011

Sejarah Dan Budaya Asli Pekanbaru, Bagian 1

Sejarah dan Budaya Asli Pekanbaru - Kota Pekanbaru, siapa yang tak kenal dengan Pekanbaru saat ini? Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau yang oleh masyarakat Indonesia dikenal dengan hasil buminya yang melimpah dan daerah yang kental akan tradisi nilai-nilai kemelayuannya. Keberadaan Kota Pekanbaru yang ramai dan maju inipun menyimpan sejarah dan cerita tersendiri bagi masyarakat Riau. Ada dua versi mengenai asal-mula kota ini yaitu versi sejarah dan versi cerita rakyat.

Sejarah dan Budaya Asli Pekanbaru, Bagian 1Menurut versi sejarah, pada masa silam kota ini hanya berupa dusun kecil yang dikenal dengan sebutan Dusun Senapelan, yang dikepalai oleh seorang Batin (kepala dusun). Dalam perkembangannya, Dusun Senapelan berpindah ke tempat pemukiman baru yang kemudian disebut Dusun Payung Sekaki, yang terletak di tepi Muara Sungai Siak. Perkembangan Dusun Senapelan ini erat kaitannya dengan perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Pada masa itu, raja Siak Sri Indrapura yang keempat, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, bergelar Tengku Alam (1766-1780 M.), menetap di Senapelan, yang kemudian membangun istananya di Kampung Bukit berdekatan dengan Dusun Senapelan (di sekitar Mesjid Raya Pekanbaru sekarang). Tidak berapa lama menetap di sana, Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah kemudian membangun sebuah pekan (pasar) di Senapelan, tetapi pekan itu tidak berkembang. Usaha yang telah dirintisnya tersebut kemudian dilanjutkan oleh putranya, Raja Muda Muhammad Ali di tempat baru yaitu di sekitar pelabuhan sekarang.

Selanjutnya, pada hari Selasa tanggal 21 Rajab 1204 H atau tanggal 23 Juni 1784 M., berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar dan Kampar), negeri Senapelan diganti namanya menjadi Pekan Baharu. Sejak saat itu, setiap tanggal 23 Juni ditetapkan sebagai hari jadi Kota Pekanbaru. Mulai saat itu pula, sebutan Senapelan sudah ditinggalkan dan mulai populer dengan sebutan Pekan Baharu. Sejalan dengan perkembangannya, kini Pekan Baharu lebih populer disebut dengan sebutan Kota Pekanbaru, dan oleh pemerintah daerah ditetapkan sebagai ibukota Provinsi Riau.

Jauh sebelum Sultan Abdul Djalil Alamuddin Syah, putra Sultan Abdul Djalil Rahmat Syah memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Siak dari Sungai Mempura ke Senapelan pada 1763 Masehi, Petapahan dan Teratak Buluh juga menjadi pusat perdagangan yang cukup ramai pada saat itu. Kedua daerah ini tempat berkumpulnya para pedagang dari pedalaman Sumatera membawa hasil pertanian, hasil hutan, dan hasil tambang.

Oleh para pedagang, hasil pertanian, hasil hutan dan hasil tambang tersebut mereka bawa ke Singapura dan Malaka mengunakan perahu. Untuk jalur perdagangan Sungai Kampar, pusat perdagangannya terletak di Teratak Buluh. Sedangkan pusat perdagangan jalur Sungai Siak terletak di Petapahan. Perdagangan jalur Sungai Kampar kondisinya kurang aman, perahu pedagang sering hancur dan karam dihantam gelombang (Bono) di Kuala Kampar dan sering juga terjadi perampokan yang dilakukan oleh para lanun. Sedangkan Sungai Siak termasuk jalur perdagangan yang cukup aman.

Senapelan ketika itu hanya sebuah dusun kecil yang letaknya di kuala Sungai Pelan, hanya dihuni oleh dua atau tiga buah rumah saja (sekarang tepatnya di bawah Jembatan Siak I). Pada saat itu di sepanjang Sungai Siak, mulai dari Kuala Tapung sampai ke Kuala Sungai Siak (Sungai Apit) sudah ada kehidupan, hanya pada saat itu rumah-rumah penduduk jaraknya sangat berjauhan dari satu rumah ke rumah lainnya. Ketika itu belum ada tradisi dan kebudayaan, yang ada hanya bahasa, sebagai alat komunikasi bagi orang-orang yang tinggal di pinggir Sungai Siak.

Sejarah dan Budaya Asli Pekanbaru, Bagian 1Bahasa sehari-hari yang mereka pakai adalah bahasa Siak, bahasa Gasib, bahasa Perawang dan bahasa Tapung, karena orang-orang inilah yang lalu-lalang melintasi Sungai Siak. Pada saat itu pengaruh bahasa Minang, bahasa Pangkalan Kota Baru dan bahasa Kampar belum masuk ke dalam bahasa orang-orang yang hidup di sepanjang Sungai Siak.


Setelah Sultan Abdul Djalil Alamuddin Syah memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Siak dari Sungai Mempura ke Senapelan, pembesar-pembesar kerajaan serta orang-orang dalam kerajaan serta keluarganya ikut pindah ke Senapelan. Dan pada saat itulah tradisi serta budaya, bahasa sehari-hari terbawa pindah ke Senapelan.

Sejarah dan Budaya Asli Pekanbaru, Bagian 1Di Senapelan, sultan membangun istana (istana tersebut tidak terlihat lagi karena terbuat dari kayu). Sultan juga membangun masjid, masjid tersebut berukuran kecil, terbuat dari kayu, makanya masjid tersebut tidak bisa kita lihat lagi sekarang ini. Dari dasar masjid inilah menjadi cikal bakal Masjid Raya Pekanbaru di Pasar Bawah sekarang ini.

Sultan juga membangun jalan raya tembus dari Senapelan ke Teratak Buluh. Sultan Abdul Djalil Alamuddin Syah membangun pasar, yang aktivitasnya hanya sepekan sekali. Belum sempat Senapelan berkembang, Sultan Abdul Djalil Alamuddin Syah wafat pada 1765 masehi dan dimakamkan di samping Masjid Raya Pekanbaru, sekarang dengan gelar Marhum Bukit.


Sejarah dan Budaya Asli Pekanbaru, Bagian 1Pasar pekan dilanjutkan oleh putranya Raja Muda Muhammad Ali yang dibantu oleh ponakannya Said Ali (Anak Said Usman). Di masa Raja Muda Muhammad Ali inilah Senapelan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pasar yang dibangun yang pelaksanaannya hanya sekali sepekan melahirkan kata Pekanbaru. Pekan (berarti pasar sekali sepekan). Baru (baru dibangun saat itu). Saat itulah nama Senapelan lama kelamaan semakin menghilang, orang lebih banyak menyebut Pekanbaru.

Setelah Pekanbaru menjadi ramai maka muncullah para pendatang dari pelosok negeri mulai dari Minang Kabau, Pangkalan Kota baru, Kampar, Taluk Kuantan, Pasir Pengaraian, dan lain-lain. Awalnya mereka berdagang, lama kelamaan mereka menetap. Dengan menetapnya para pedagang tersebut di Pekanbaru lalu mereka melahirkan generasi (anak, cucu, cicit). Anak, cucu, dan cicit tersebut menjadi orang Pekanbaru. Masing-masing pedagang yang datang dan menetap di Pekanbaru membawa bahasa serta tradisi dari asal daerah mereka masing-masing. Lalu mereka wariskan kepada anak cucu dan cicit mereka. Dari situlah mulai kaburnya bahasa, tradisi asli Pekanbaru yang berasal dari Kerajaan Siak.

Kalau ingin tahu lebih jelas lagi mengenai sejarah, bahasa serta tradisi asli Pekanbaru, tanyakan kepada orang-orang Pekanbaru yang nenek moyang mereka berasal dari Siak, atau nenek moyang mereka orang-orang yang hidup di dalam lingkungan Kerajaan Siak. Mustahil para pedagang yang datang dan menetap di Pekanbaru menceritakan kepada anak cucu mereka tentang sejarah dan tradisi Pekanbaru.

Yang pasti mereka tanamkan ke dalam pikiran anak cucu mereka bagaimana cara berdagang yang baik dan sukses. Dalam hal ini peran Lembaga Adat Kota Pekanbaru sangat penting sekali, untuk meluruskan dan menjelaskan sejarah dan tradisi asli Pekanbaru. Maka dari itu pengurus Lembaga Adat Kota Pekanbaru mau tak mau harus tahu sejarah serta adat istiadat asli Pekanbaru. Karena Lembaga Adat tempat orang minta petunjuk, minta pendapat dan minta petuah.***

Resep Gulai Belacan

Kalau anda orang Melayu Riau pasti tidak asing lagi dengan sambal belacan bukan? memang sambal belacan seperti lalapan wajib. Tapi selalukah-anda menikmati Gulai Belacan, gulai dengan kuah campuran belacan atau terasi.

Jika penasaran ingin mencoba Masakan, kuliner khas Riau, Gulai Belacan kami menyediakan resepnya:

Resep Gulai Belacan
Berikut Resep, Bahan-bahan yang-dibutuhkan guna memasak Gulai Belacan:


* 10 ekor udang besar/ udang pancet, cuci bersih

* 1 papan petai, kupas

* 1 sdm air asam jawa

* 1 sdm gula pasir

* 500 ml santan

* 1 sdt garam

* 1/2 sdt lada

* 3 sdm minyak goreng

Haluskan:

* 6 bh bawang merah

* 4 siung bawang putih

* 6 btr kemiri

* 6 bh cabai merah

* 6 bh cabai rawit

Cara Membuat, Memasak Gulai Belacan :

* Panaskan minyak, tumis bumbu halus hingga harum dan matang, masukkan udang, masak hingga udang berubah warna.

* Masukkan santan, air asam jawa, gula pasir, garam dan lada, masak hingga semua bahan matang dan kuah mengental.

* Masukkan petai, aduk rata, angkat.

Nah beginilah hasil masakan Gulai Belacan Udangnya:

Gulai Belacan Masakan Khas Riau

Resep Sambal Terung Asam

Sambal Terung Asam merupakan Masakan Khas Riau yang selalu menjadi hidangan "aksesori" bagi orang-orang Melayu di Riau, khususnya Melayu kepulauan dan-orang Melayu pantai Timur Sumatra.

Jika Anda pernah mencoba Sambal Terung Asam sebelumnya, dengan melihatnya saja bisa-bisa Anda-akan menelan air ludah karena memang rasanya yang-taman, Asam ditambah pedas merangsang seleranya yang-menyengat lidah.

Nah, berikut kami tampilkan Resep Sambal Terung Asam bagi-Anda yang-tertarik untuk menikmatinya:

Bahan-bahan Sambal terung Asam:
100 g udang windu, dibakar
75 g terung asam
15 g bawang merah
10 g bawang putih
sejumput garam
10 g gula merah
5 g terasi bakar

Cara Membuat Sambal Terung Asam :
Bersihkan dan cuci bahan-bahan yang memerlukan perlakuan demikian. Udang windu bakar dipotong-potong 1/2 cm. Terung asam dipotong-potong halus. Haluskan bawang merah, bawang putih, garam, gula merah, dan terasi. Campurkan dengan udang dan terung asam, aduk rata.
Untuk 4 porsi.

Gambar Terung Asamresep sambal terung asam

Masjid Raya Pekanbaru, Warisan Budaya

[Masjid+Raya+Pekanbaru.jpg]Masjid Raya Pekanbaru sebagai daya tarik wisata di Riau kini akan kehilangan bentuk aslinya selamanya. Hanya foto-foto kenanganlah tersisa. Mari kita lihat lebih dekat Masjid Raya Pekanbaru, bangunan bersejarah bermur lebih dari 100 tahu.

Sejarah Masjid Raya Pekanbaru
Masjid Raya Senapelan atau sekarang Masjid Raya Pekanbaru pertama kali dibangun oleh Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah (1766-1780 M), dikenal sebagai Marhum Bukit, Raja ke-4 Kerajaan Siak Indrapura, sekitar tahun 1762 M. Kemudian pembangunannya diteruskan oleh Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah, Raja ke-5.


Sekitar tahun 1775 Marhum Bukit memindahkan ibukota kerajaan dari Mempura Siak ke Sanapelan. Beliau wafat tahun 1780. Senapelan adalah lokasi Masjid Raya. Hal ini-merupakan cikal bakal pertama berdirinya kota Pekanbaru sejak berdirinya Masjid Raya.

Masjid Raya Cagar Budaya, Warisan Budaya Melayu Islam
Buktinya berupa secarik kertas bertuliskan: Sesuai keputusan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor. KM.13/13.007/MKP/2004, tentang penetapan Istana Siak dan.. (sejumlah situs lainnya) termasuk Masjid Raya Pekanbaru, yang berlokasi di-Pekanbaru merupakan benda cagar budaya, situs, atau kawasan yang dilindungi UU RI No.5/2004.

Perombakan Total Masjid Raya Pekanbaru
Perombakan Masjid cagar budaya Riau sudah-tidak bisa dijegah. Jangan terheran-heran jika Anda pernah datang sebelumnya karena mesjid raya asli tidak-akan ditemukan lagi. Kini mesjid dibangun sekitar 100 tahun lalu itu sudah-berubah bentuk menjadi mesjid modern.
Masjid Raya Pekanbaru sudah-dibangun dua lantai, bahkan sumur tua di-samping mesjid sudah-tidak ada lagi. Padahal sumur tua-itu sangat dikenal sampai ke Malaysia-Singapura karena dipercaya Bertuah. Biasanya Wisatawan Malaysia, Singapura menjadikan air sumur tersebut sebagai ole-ole penyembuh penyakit.

Hal-ini tentu sangat disesalkan tokoh masyarakat. Sebut saja Annas Aismana, salah seorang tokoh pemuda. Ia tidak setuju dengan penghilangan wajah asli Mesjid Raya Pekanbaru.
“Program revitalisasi yang dilakukan terhadap Mesjid Raya itu telah menghilangkan salah satu bukti sejarah Kerajaan melayu di-Riau. Malah telah menjadi cagar budaya nasional, bahkan dikenal dunia. Seharusnya keaslian mesjid ini terus dijaga," tegasnya kepada media.

Desain, Rancangan Baru Masjid Raya Pekanbaru
Perombakan-ini tentu mengingatkan kita pada desain ulang masjid tua Agung An-Nur Pekanbaru. Coba bedakan Masjid Agung An-Nur Tempo Dulu dengan Agung An-Nur sekarang.
Namun apa daya pembangunan sedang berjalan. Mesjid dibangun pada abad 18 akan disulap menjadi masjid modren. Padahal Lembaga Adat Melayu Riau Cabang Pekanbaru bersama Askar Melayu menentang perombakan.
Lihat foto foto Desain Masjid Raya Pekanbaru:

Rancangan Baru Masjid Raya Pekanbaru

Perombakan Total Masjid Raya Pekanbaru

Desain Masjid Raya Pekanbaru

Sejarah Masjid Raya Pekanbaru

Masjid Raya Pekanbaru, Cagar Budaya Nasional

Masjid Raya Pekanbaru, Warisan Budaya Melayu Riau

Masjid Raya Pekanbaru

Desain Masjid Raya Pekanbaru

Sumber-Tulisan:
Riau Pos
Riauinfo
Tribun Pekanbaru

Sumber-Foto Foto Rancangan, Desain Baru:

Kelapa Sawit Riau

Kelapa Sawit RiauIndonesia adalah negara terbesar pertama dalam hal penghasil Crude Palm Oil (minyak kelapa sawit mentah) mengungguli Malaysia. Riau adalah salah satu provinsi penghasil Crude Palm Oil di Indonesia. Provinsi ini terletak di tengah pulau Sumatra bagian timur.

Kebun kelapa sawit terlua di Indonesia dimiliki oleh provinsi Riau, data pada tahun 2008 menyatakan bahwa luas kebun kelapa sawit di provinsi ini mencapai 1.611.382 ha, semuanya tersebar di semua kabupaten dan kota daerah provinsi Riau. Hal ini menunjukkan bahwa kelapa sawit merupakan tanaman primadona bagi masyarakat di provinsi ini, baik masyarakat pedesaan dan perkotaan.


Terdapat banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit di Riau. Biasanya setelah panen, buah kelapa sawit akan langsung diolah oleh perusahaan menjadi minyak kelapa sawit mentah atau yang sering disebut dengan Crude Palm Oil (CPO). Selain mengolah buah hasil panen dari perkebunan milik perusahaan, perusahaan kelapa sawit juga membeli buah sawit dari para petani sekitarnya. Jadi terjadi sebuah hubungan yang saling menguntungkan antara petani dengan perusahaan sawit Riau.

Salah satu perusahaan sawit terbesar di Riau adalah PT Perkebunan Nusantara V (PTPN). PTPN Riau memiliki kurang lebih 8000 karyawan. PTPN adalah salah satu badan usaha milik pemerintah. Selain untuk memperoleh keuntungan, PTPN juga memiliki misi untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat provinsi ini.

Perkebunan sawit merupakan salah satu penggerak ekonomi rakyat di Riau. Namun sayang, harga sawit yang tidak menentu terkadang menimbulkan kerugian bagi para petani sawit yang memiliki modal dan lahan kecil. Namun ketika harga sangat tinggi, petani sawit sangat diuntungkan. Belakangan ini pemerintah telah memberikan solusi dengan menjaga harga sawit agar tetap stabil. Selain harga sawit yang tidak menentu masalah lain yang menyusahkan para petani adalah kebakaran hutan yang dapat membakar lahan sawit mereka. Kebakaran hutan biasanya terjadi setiap musim kemarau.

Pakaian, Baju Adat Melayu Riau

Berikut beberapa foto pakaian atau baju adat, tradisional daerah Riau. Pakain Adat Melayu Riau ini adalah pakaian tradisional Riau, walaupun ada beberapa macam-macam namun hanya satu pakaian adat untuk daerah Riau, yaitu Pakaian Adat Melayu Riau.


- Gambar Pakaian Adat, Tradisional Melayu Indragiri Riau



- Foto / Gambar Baju Adat Melayu Bengkalis Riau

- Gambar / Foto Baju Adat, Tradisional Melayu Siak Riau
Pakaian Adat Melayu Riau


Jika ada kesalahan dalam penyebutan peletakan foto atau gambar pakain adat, tradisional Riau diatas, mohon diperbaiki. Gambar Pakaian, Baju Adat Riau, dipersembahkan oleh:PekanbaruRiau.Com

Nikmati Panorama Alam Jembatan Siak

Potensi objek wisata di Kota Siak Sri Indrapura cukup banyak, namun belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah maupun pihak swasta. Setidaknya ada tiga objek-wisata yang kerap didatangi pengunjung, sebut saja peninggalan Kerajaan Siak berupa istana, makan Sultan Syarif Kasim, ada juga objek wisata baru dikembangkan oleh Pemkab Siak, yaitu Kawasan Ekowisata Mempura, akan menjadikan Kampung Rempak menjadi tujuan wisata kuliner bagi pengunjung.

Panorama mata hari terbenam sore hari, sinar lampu taman sepanjang turap Kampung Rempak memiliki daya tarik tersendiri. Kursi-meja ditata rapi oleh pemilik sejumlah penjual makanan sudah menunggu pengunjung untuk duduk di sana. Suasana nyaman ditambah hembusan angin sepoi-sepoi dari arah Sungai Siak membuat suasana malam semakin indah. Dari kejauhan jika duduk bersantai sambil menikmati makanan dijajakan oleh pedagang, ada di-sepanjang turup membuat banyak pilihan pengunjung, terlihat panorama indah Jembatan Tengku Agung Sulthanah Latifah dipadu dengan sinar lampu yang cukup terang.


Jembatan SiakMalahan, menurut salah seorang pengunjung mengaku bernama Ali, duduk diturap malam hari seperti melihat Singapura, karena pemandangan Jembatan Siak membuat suasana malam menjadi indah. Sambil menikmati makanan khas Melayu, Ali, penikmat kuliner Kampung Rempak Siak, terpesno melihat pemandangan sepanjang turup juga Jembatan Siak. Tempat ini bisa menjadi alternatif untuk menghilangkan rasa lelah setelah seharian bekerja di kantor.
Jembatan SiakWisana kuliner Kampung Rempak memang sudah lama ada, tapi belum ditata. Pemerintah Kecamatan Siak bersama Dinas Pariwisata berencanan menata kawasan tersebut dengan baik. Tentu menertibkan para pedagang, seperti penjual makanan, jagung bakar serta aneka makanan lain bisa dinikmati para pengunjung.

Camat Siak, Juarman MSi berencana ingin menjadikan kawasan Kampung Rempak sebagai objek wisata kuliner yang tepat berada disekitar jembatan Siak mejadi salah satu daya tarikwisata di Riau.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Premium Wordpress Themes